Jongup’s POV
“HAHA,” aku tertawa melihat aksinya karena terkejut akan kedatanganku.
“Oppa ! Sedang apa kamu disini ?” balas Micko dengan ketus.
“Loh, seharusnya oppa yang tanya, sedang apa kamu disini ? Ayo kita kembali ke aula. Katanya mau ikut club dance. Gimana sih, kamu. Malah pulang gitu aja tanpa pamit,” jawabku yang masih memayungi Micko.
“Apa ? Untuk apa aku kesana ? Oppa sendiri yang tega meninggalkaknku sendirian disana. Oppa malah pergi dengan ketiga gadis yang tadi. Huh ! Sebel tau gak sih di perlakukan kayak gitu,” nampaknya Micko marah.
“Apa? Gadis yang tadi itu? Kenapa, kamu cemburu ? Tenang saja, mereka itu memang sering bersikap seperti itu sama oppa” tuturku coba menjelaskan. Kulihat Micko masih menampakkan wajah cemberutnya. “Jadi, untuk apa kita disini. Ayo kita kembali kesana lagi,” tambahku sambil merangkul tangannya.
“Tidak mau !” Micko melepaskan rangkulanku ditangannya. “Oppa saja pergi sendiri. Aku ingin pulang. Aku capek. Sampai bertemu besok,” kata Micko dengan nada datar.
Tidak, aku tidak boleh membiarkannya pulang sendiri disaat hujan deras seperti ini.
Micko’s POV
‘Huh, oppa ini. Kenapa diam saja ?! Cepat bujuk aku lagi supaya mau kembali kesana atau paling tidak antarlah aku pulang,’ gerutuku dalam hati.
Uh, dia tidak mengucapkan apa-apa. Baiklah aku nekat pulang sendiri saja ! Akupun melangkahkan kakiku dan bergegas pergi meninggalkan Jongup oppa. Namun, belum sempat aku melangkah untuk yang ketiga kalinya, akhirnya Jongup oppa menarik tanganku. HAHA, BERHASIL !!
“Tunggu dulu,” kata Jongup oppa, dia masih menahan tanganku.
“Huh, kenapa ?” balasku. Penasaran kata-kata apa yang akan diucapkan oppa selanjutnya.
Jongup oppa semakin mendekatiku. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. OMG, apa yang mau dia lakukan ? Dia makin dekat. Anak mata kami saling bertemu. Lalu dia mengangkat salah satu tangannya ke kepalaku. ‘oppa jangan disini oppa. Kumohon. Kita bisa melakukannya dilain tempat’ bisikku dalam hati sambil memejamkan kedua mataku.
“Hey Micko, kenapa matamu terpejam ?” tanya Jongup oppa.
“Huh ? Apa ? Kenapa?” balasku dengan gugup.
“Aku hanya ingin menghilangkan kotoran yang menempel dikepalamu. Kau ini jorok sekali ! pasti kamu jarang pakai shampoo kan kalau mandi ?”
What ? WHut the hell -.- bodohnya aku sampai punya pemikiran yang sedemikian. Sial. “Oh, apa ? Enak saja ! Aku selalu merawat rambutku dengan baik. Setiap minggu aku selalu pergi kesalon tau !” balasku dengan nada sombong.
Jongup’s POV
‘Aduh bagaimana cara menyampaikannya ini? Aku hanya ingin mengantarnya pulang. Kenapa aku sampai gugup untuk mengeluarkan kata-kata itu ?’ gumamku dalam hati. Micko masih menampakkan wajah cemberutnya.
“Micko,” kataku.
“Apalagi sih, oppa ? Aku mau pulang ini. Hari sudah semakin gelap,”
“Tapikan, ini masih hujan deras. Lagipula, kamu kan tidak bawa payung. Apa mau kamu pulang dengan basah-basah. Besok kamu masih ingin masuk sekolah, kan ?”
“Siapa bilang aku akan kehujanan dan basah kuyup. Kan ada oppa yang bisa mengantarku pulang,” balas Micko sambil merangkul tanganku.
Haha, thank godness ! Akhirnya, aku tidak perlu mengeluarkan kata-kata untuk mengajaknya pulang.
“Ish, kamu ini GR banget sih. Siapa juga yang mau ngantar kamu pulang. Oppa capek,” balasku sambil memalingkan wajah darinya.
“Oh, jadi begitu. Baiklah. Kesinikan payungnya, biar aku pulang sendiri tapi payung itu aku bawa juga !”
“Eh jangan ! Kalau begitu, gantian oppa yang bakal kehujanan dong !”
“Emang gue pikirin ?!”
“Eh eh eh baik baik. Oppa akan antar kamu pulang,”
“Nah, gitu dong oppa yang baik !”
“Hmm, ya ya ya. Ayo cepat hari sudah mulai gelap,” balasku. Akhirnya, Micko pun tersenyum.
Micko’s POV
Selama perjalanan pulang, akhirnya hujan deras pun kembali reda. Namun, aku dan oppa terlihat canggung satu sama lain. Ada apa ini? Kenapa kami menjadi seperti stranger?
“Oppa oppa, lihat disana ada penjual ice cream ! Ayo kita beli,” ajakku memulai pembicaraan.
“Ice cream ? Micko, kamu tidak lihat oppa kedinginan seperti ini kamu malah ajak oppa beli ice cream,” ahh oppa menolak ajakanku.
“Hm, baiklah. Tapi aku lapar, oppa. Sedari jam 3 tadi aku belum makan, Cuma gara-gara nungguin oppa dan akhirnya aku malah ditinggal sendirian. Oppa ini apa gak merasa bersalah sama sekali ke aku ?!”
“Eh eh iya jangan marah lagi yah. Oppa akan ajak kamu makan, tapi bukan makan ice cream. Hmmm, bagaimana kalau kita beli Tteokbokki. Cuaca dingin seperti ini kan cocok sekali kalau kita makan tteokbokki. Pasti perut kamu akan jadi hangat nantinya,”
“Hm, yah ! Oppa benar ! Baiklah, ayo kita pergi. Kajja !” aku dan oppa pun bergegas pergi kekedai yang menjual aneka jajanan termasuk tteokbokki yang kami cari.
Sesampainya di kedai, kami langsung memesan dua buah porsi tteokbokki. Tak lama kemudian, tteokbokki yang kami pesan datang juga. Aku pun langsung melahapnya dengan rakus. Walaupun tteokbokki itu rasanya pedas, ya tak apalah namanya juga sedang lapar. Saat aku sedang makan, aku hanya asyik dengan makanku saja sampai lupa akan keberadaan Jongup oppa yang sedang duduk dihadapanku.
Jongup’s POV
‘Oh, tuhan. Gadis ini rakus sekali seperti tidak makan selama setahun saja’ gumamku dalam hati sambil kugeleng-gelengkan kepalaku.
“Yah, Micko! Jangan terlalu buru-buru. Makanlah pelan-pelan, jangan cepat-cepat. Bisa-bisa kamu tersedak,” kataku yang mungkin mengganggu makannya.
“Ah-a-ahh-ahhh apa? Uhukkk uhkk uhkkk uhukkk,” jawab Micko sampai terbatuk-batuk.
“Yah yah ! Ini, minum dulu,” kataku seraya menyodorkan segelas air putih sambil menepuk-nepuk punggungnya. “Apa kamu baik-baik saja?” tanyaku lagi.
“Uhuk, uhukkk, y-y-yaa-yyaa aku baik-baik saja kok oppa, terima kasih,” jawab Micko yang masih tersedak-sedak.
“Oh baiklah,” tiba tiba saja handphoneku bernyanyi. Cepat-cepat kuangkat panggilan tersebut. Ternyata itu eomma ku.
“Yoboseyo,”
“…………………………”
“Mwo ?!!”
“…………………………”
“Ne, eommoni. Tunggu sebentar Jongup akan segera kesana, Eomma jangan kemana-mana yah,”
“…………………………”
“Ne, sampai bertemu disana,”
Micko’s POV
Aku yang sedari tadi asyik dengan makanku pun tertarik dengan pembicaraan Jongup oppa ditelepon dengan seseorang disana. Jongup oppa terlihat panik dan khawatir. Ehm tunggu, tadi dia ada menyebutkan ‘Eommoni dan eomma’. Oh berarti dia sedang bertelepon dengan ibunya. Tapi, apa yang sedang terjadi dengan ibunya? Kenapa raut wajah Jongup oppa berubah menjadi panik saat menerima telepon ibunya ? Aku penasaran.
“Micko, apa kamu sudah selesai dengan makananmu itu?” tiba-tiba Jongup oppa bertanya padaku.
“Eung, apa ? Memangnya oppa mau kemana ?” tanyaku heran.
“Uhm, oppa ada sedikit urusan. Maaf yah, oppa pergi duluan. Oppa mohon kamu jangan marah sama oppa. Ohya, ini uangnya untuk membayar tteokbokki ini,” balas jongup oppa seraya menyodorkan sejumlah uang dari sakunya.
“Ahhh oppa. Tidak, tidak. Biar aku saja yang membayarnya, oppa pergilah cepat. Aku baik-baik saja disini. Cepat pergi,” kataku sambil menolak uang yang Jongup oppa berikan.
Setelah itu,Jongup oppa bergegas pergi dari kedai. Entah kemana tujuannya, aku tak tahu. Yang jelas, dia kelihatan sangat panik. Aku harap tak terjadi apa-apa. Tak beberapa lama kemudian, aku membayar tteokbokki yang kami pesan tadi. Dan akhirnya pulang kerumah sendirian. Sepi, sunyi, itu yang kurasakan selama perjalanan pulang. Ah, yasudahlah.
Jongup’s POV
Micko, maafkan aku karena meninggalkanmu pulang sendirian. Aku sebenarnya tidak tega, tapi aku lebih mementingkan keadaan eommaku dirumah sakit. Maafkan aku.
to be continue ....
Annyeong <3333 I hope this update would make you enjoy reading my fanfic ;3
