reading

Struggling for your Love [1]




Micko's POV

               “Omma ! Apa benar aku akan pindah sekolah ?” tanyaku dengan penuh keheranan.

               “Ya, benar sayang. Appa kamu itu tidak suka kamu berlarut-larut dalam kesedihan mengenang kepergian Yoo JiAe,” jawab omma coba menenangkanku.

               “Tapi, omma JiAe itu sahabat aku sejak kami SMP, mana mungkin aku bisa melupakannya dalam jangkauan waktu yang singkat”

               “Sudah, cepat sana pergi tidur. Besok kamu kan sudah memulai hari pertama di sekolah barumu itu,” balas omma seraya membelai rambutku. Perkataan omma yang barusan buat aku dongkol !

Keesokan harinya,
               Jendela kamar yang bertirai warna biru itu coba kubuka. Matahari mulai menampakkan diri dari persembunyiannya.Menyibakkan sinarnya kesetiap celah-celah kecil. Tak satupun ada yang luput dari pancarannya. Hembusan angin sejuk sangat terasa menerka tubuhku. Kulirikkan pandanganku kearah cermin dan nampak seragam sekolah baru ini begitu pas dibadanku. Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Kurapikan tatanan rambutku yang agak semrawut. Setelah itu aku bergegas menuju lantai bawah untuk menemui omma dan appaku.

               “Omma, Appa selamat pagi~ !” sapaku dengan senyuman manis.

               “Hey, sayang mari sini sarapan dulu,” ajak appa serentak menarik tanganku menuju meja makan.

               “Appa, aku belum siap untuk menjadi siswa baru disekolah itu,” kalimat itu terlontar dari bibirku setelah beberapa saat aku diam.

               “Sudahlah, kamu tidak usah banyak komentar. Lagipun, dengan pindah sekolah toh tidak membuat hari-harimu menjadi buruk, kan ?” jawab appa dengan nada agak tinggi. Aku sempat tersentak. Yasudahlah aku tidak ingin memancing keributan. Menyadari dengan situasi seperti ini membuatku merengut.

               “Sudah, sudah. Cepat berangkat kesekolah. Sekarang sudah pukul 7.00 mana mungkin kan dihari pertama kamu sekolah kamu terlambat?” sahut omma seraya menyantolkan tali tas kebahuku.

               “Iya omma. Do’akan hari pertama di sekolah baru ini menyenangkan yah,” balasku sambil menyalimi tangan omma dan appa.

               Setibanya didepan gerbang sekolah, aku merasa bimbang. Perasaanku mengatakan benarkah saat ini aku sekolah ditempat ini? Tidak ada perasaan tidak suka sama sekali dengan sekolah ini. Sekolah ini terbilang cukup bagus. Gedungnya yang mewah, besar dan bertingkat. Serta nampak pohon-pohon rimbun yang menghiasinya. Namun, saat mataku tak sengaja melihat dua remaja perempuan saling berjalan bersama. Si perempuan yang satu itu terlihat selalu membuat kawannya itu tertawa dengan leluconnya. Setibanya dipelataran sekolah, mereka berpisah menuju kelas masing-masing. Namun, sebelum berpisah mereka saling melemparkan senyuman manis di masing-masing wajahnya seraya melambaikan tangan tanda perpisahan. Senyuman bahagia tergambar jelas diraut muka mereka.

               Entah kenapa seketika itu juga aku teringat dan rindu dengan sahabatku, Yoo JiAe. Rindu akan kenangan yang kita buat satu bulan lepas. Ah sudahlah dia sudah tenang disana. Aku tidak ingin membuatnya merasa bersalah karena telah pergi mandahuluiku.

               Hmm, aku harus menemukan kelas baruku. Tapi, mana mungkin aku berjalan sendiri keliling-keliling memutari satu sekolahan ini. 'Aku harus bertanya kepada seseorang,' gumamku. Saat aku sedang asyik berjalan mencari seseorang yang bisa ditanyai dimana letak kelas itu,

               BROOMMMMM !!!!

               Jantungku serasa copot. Siapakah yang berani mengagetkanku dengan suara motor seperti itu hah ? Sial. Dia nyaris membuat jantungku copot. Jarak motor yang melaju kencang tadi dengan tubuhku rasanya sudah cukup bagus membuatku celaka. Beruntungnya, aku tidak kenapa-kenapa. Tapi, tetap saja hal itu membuatku terkejut, wajahku bertukar menjadi pucat. Tulang kakiku serasa lemah dan rapuh. Seketika aku menjatuhkan diri keatas permukaan tanah. Guna mengatur degupan jantungku yang kian laju. Tak henti-hentinya aku mengelus-elus dada.

               Tiba-tiba ada tangan yang memegang lembut bahuku. Coba membantuku untuk kembali berdiri barangkali.

               “Maaf, apakah anda baik-baik saja ?” dengan selamba ia menyapaku.

               Kudongakkan sedikit kepalaku untuk melihat sosok yang sedang berbicara kepadaku itu. Hm, laki-laki. “Oh, ya. Saya cukup terkejut,” jawabku sambil melemparkan senyuman manis padanya seraya mengangkat tubuhku untuk berdiri kembali. Walaupun aku tahu, kejadian itu membuatku cukup terkejut.

to be continued ...
Sorry, if not best and sorry too, if you find some typo words. kekek Thanks for those people who read this fanfic ^^ Comment, please !

1 komentar: